Ukhuwah yang Membuahkan Mahabbah dan Rahmah

Jumat, 30 April 2010

Tentang bahagia

Tentang bahagia

Kecantikan dari wajah bukanlah suatu ukuran kebahagiaan
Sebab, ia ibarat topeng yang bentuknya tidak tetap
Harta kekayaan tidak menunjukkan bahwa seseorang merasa bahagia
Sebab, ia ibarat air hujan yang akan kering setelah datangnya sinar matahari
Juga kekuatan bukanlah jaminan hidupmu akan bahagia
Ia ibarat sebuah pertandingan, ada saatnya dirimu menang, tapi ada juga saatnya dirimu kalah
Botol dan air memang saling memerlukan, namun hanya air yang dapat melepaskan dahagamu.

Gunakanlah akal sehatmu, siapa yang memiliki kepandaian akan mencari air dalam sebuah botol, namun yang sesat hanya memerhatikan bentuk dari botol tanpa melihat apakah terdapat air didalamnya atau tidak.

Itulah sebabnya, dahaganya tidak pernah dapat terpuaskan, sebab ia tidak tahu apakah botol itu kosong ataukah berisi.

Rabu, 28 April 2010

Asuhan Kebidanan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Dengan Pertumbuhan Anak Baik dan Normal

Asuhan Kebidanan
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pada An. W / 20 Bulan Dengan Pertumbuhan Anak Baik dan Normal

Pengkajian dilakukan oleh Bidan Risna pada tanggal 7 Februari 2009 pukul 09.00 wib di Posyandu Mawar IV Karang Asem Cilacap.

A.Data Subjektif
1.Identitas
a) Pasien:
Nama : An.W
Umur : 20 bulan
Tanggal/Jam lahir : 22-06-2007 pukul 11.10 wib
Jenis Kelamin : laki-laki
BB lahir : 2700 gr
PB lahir : 48 cm

b) Identitas Ibu
Nama : Ny.M
Umur : 22 th
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Karang Asem RT 01 RW IV Cilacap

c) Identitas Ayah
Nama : Tn.R
Umur : 25 th
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Karang Asem RT 01 RW IV Cilacap

2. Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan anaknya pernah sakit panas dan diare.
4. Riwayat Penyakit keluarga
Hipertensi : Tidak ada
Asma : Tidak ada
DM : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
5. Respon Keluarga
Keluarga merasa senang dengan kondisi anak saat ini dan berharap anaknya bisa terus berkembang dengan baik dan normal.
6. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
a. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Masa Kehamilan : 36 minggu
Lahir tanggal 22-06-2007 pukul 11.10 wib
Jenis Persalinan : Spontan Normal
Penolong : Bidan
Lama Persalinan : 18 jam
Komplikasi : Tidak ada
Keadaan Batu Baru lahir :
BB lahir : 2700 gr
PB lahir : 48 cm
Riwayat Nilai APGAR : ibu mengatakan tidak tahu, tapi bidan menyampaikan bayinya saat lahir langsung bisa menangis.
b. Riwayat Pemberian Nutrisi
ASI Eksklusif diberikan selama 6 bulan, lama pemberian ASI 16 bulan
PASI sejak umur 7 bulan, jenis susu formula
Makanan tambahan sejak umur 8 bulan, jenis bubur nasi.
c. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Nutrisi
 Makan : frekuensi makan:3x/hari
Jenis : nasi lembek, sayuran, lauk
Porsi : 1 porsi piring kecil
 Minum : frekuensi minum: 7 gelas
Jenis : air putih, susu
b) Istirahat
1) Tidur siang : 3 jam
2) Tidur malam : 8 jam
3) Keluhan : Tidak ada keluhan
c) Aktivitas
Mobilisasi : Tidak ada keluhan
Aktivitas Sehari- hari: Bermain, menangis
d) Eliminasi
1. BAK : Frek : 5x sehari, Warna : Kuning Jernih, Keluhan : tidak ada
2. BAB : Frek : 2x sehari, Konsistensi : lembek, Keluhan : Tidak ada
e) Kebersihan Diri
1. Mandi : Frek : 2x sehari
Gosok gigi : 2x sehari
2. Ganti pakaian : Pakaian dalam: 2-3 kali sehari.
Pakaian biasa : 2-3 kali sehari


7. Riwayat Obstetri Ibu : P1 G0 A0


Hamil Ke Persalinan Nifas
Tgl Lahir UK Jenis Persalinan Penolong Komplikasi JK BB Lahir Laktasi Komplikasi
Ibu Bayi
1 22/6/07 36 mg spontan bidan - - L 2700 gram 16 bulan -

8. Status Kesehatan Terakhir
a. Riwayat Alergi
Makanan : Tidak ada
Debu : Tidak ada
Obat : Tidak ada
b. Riwayat imunisasi

Jenis Imunisasi Tanggal Diberikan Imunisasi
I II III IV
BCG 25-07-2007
Hepatitis B 30-08-2007 27-09-2007 28-10-2007
DPT 30-08-2007 27-09-2007 28-10-2007
Polio 25-07-2007 30-08-2007 27-09-2007 28-10-2007
Campak 30-03-2008
Imunisasi Ulang : Tidak diberikan

c. Riwayat Pemberian Vitamin A :
pemberian Tanggal pemberian Tanggal
Ke-1 27-2-2007 Ke-6
Ke-2 27-2-2008 Ke-7
Ke-3 17-8-2008 Ke-8
Ke-4 Ke-9
Ke-5 Ke-10

d. Uji Skrining : Belum pernah dilakukan
e. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Ibu mengatakan saat bayi anaknya menangis jika digendong orang lain selain ibunya.
Pada usia 5 bulan Tengkurap dan berbalik sendiri.
Mulai mengoceh pada usia 6 bulan.
Usia 9 bulan sudah mulai latihan berdiri sendiri tanpa dibantu.
Usia 10 bulan, berjalan dengan bantuan
Usia 18 bulan sudah mulai belajar makan sendiri

9. Perkembangan pada usia sekarang
Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah dapat gosok gigi dengan bantuan. Membuka pakaian, menunjuk, dan lari
10. Riwayat Psikososial
a. Perhatian orang tua terhadap anak
Kedua orang tua sangat menyayangi dan memperhatikan perkembangan anaknya.
b. Kedudukan anak dalam keluarga
Anak pertama, anak kandung.


B. Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik
a) Tanda- tanda vital
Nadi : 110 x/menit
Suhu : 36,5 C
Pernafasan : 30x/menit
b) Pemeriksaan fisik
1. Kepala : Mesocephal, rambut hitam bersih, pendek, tidak berketombe
2. Mata : simetris, konjungtiva an anemis, sklera putih
3. Hidung : simetris, bersekret, tidak ada polip
4. Telinga : simetris, tidak ada serumen, bersih
5. Mulut : lidah simetris, mukosa lembab, tidak ada karies
6. Leher : tidak ada pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening
7. Dada : simetris, diameter antero posterior dan lateral 1:2
Auskultasi pernafasan : fesikuler di semua lapang paru terdengar inspirasi > ekspirasi
8. Jantung: auskultasi pada :
Area aorta : sik k’2 kanan=S2>keras S1 jarak 1 detik
Area pulmonal : sik k’2 kiri: B2 > keras dari S1 jarak 1 detik
Area Trikuspidalis : sik k’5 kiri: S1> keras dari S2
Bikuspidalis : sik k’5 pada garis mid klavikularis kiri S1> keras dari S2 jarak 1 detik
9. Abdomen: turgor kulit baik, tidak ada skar, strie
Auskultasi : terdengar bunyi peristaltic setiap 10-30 detik sekali
Perkusi : timpani di seluruh permukaan perut
Palpasi : hepar=N/ tidak teraba, limfa=N/teraba 1-2 cm dibawah arkus aorta, ginjal= tidak teraba
10. Ekstremitas : Mobilitas aktif, simetris, otot tidak tremor/ kaku.
2. Pengukuran badan
a) PB: 83 cm
b) BB: 10 kg
c) Li. Kepala:48 cm
d) Li. Dada :46 cm
3. Pemeriksaan Khusus
a) DDST
1. Perhitungan umur anak
Tanggal Tes 2009 02 07
Tanggal Lahir 2007 06 22 _
1 7 15
Umur Anak : 1 th 8 bulan / 20 bulan
2. Tugas Perkembangan Anak
a. Personal Sosial : Cuci dan mengeringkan tangan
Gosok gigi dengan bantuan
Memakai baju
Menyuapi boneka
Membuka pakaian
Menggunakan sendok garpu
Membantu dirumah
b. Adaptif-Motorik halus : Menara dari 6 kubus
Menara dari 4 kubus
Menara dari 3 kubus
Menara dari 2 kubus
Ambil manik-manik ditunjukkan
c. Bahasa : Bicara sebagian dimengerti
Menunjukkan gambar
Bagian badan 3
Menyebut 1 gambar
Kombinasi kata
d. Motorik kasar : lari
Berjalan naik tangga
Menendang bola kedepan
Melempar bola tangan keatas.
Hasil : Normal, meski terdapat satu delays.

II. Interpretasi data
a. Diagnosa
An.W, 20 bulan, dengan pertumbuhan dan perkembangan anak baik.
Ds: Ibu mengatakan anaknya lahir pada tanggal 22 Juni 2007.
Ibu mengatakan anaknya sudah bisa gosok gigi dengan bantuan, membuka pakaian, dan berlari
Do: TTV : S: 36.5C
R: 30x/ menit
N: 110x/menit
BB:10 kg
PB: 83 cm
• Anak dapat melakukan mobilisasi dan aktivitas sehari- hari dengan baik.
• Anak sehat, bertambah umur bertambah berat, pertumbuhan dan perkembangan anak baik.
• Pada DDST anak di kategorikan dalam keadaan normal.
• Pemeriksaan fisik anak dalam keadaan normal.
b. Masalah
Tidak ada
III. DIAGNOSA POTENSIAL DAN ANTISIPASI
Tidak ada
IV. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
V. RENCANA
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah di lakukan pada anaknya.
2. Beritahu ibu cara merangsang anaknya.
3. Beritahu Ibu tentang perkembangan anak usia 21 bulan.
4. Anjurkan ibu untuk selalu menjaga kesehatan anaknya dengan tetap mempertahankan pola makan dan kebersihan.
5. Motivasi ibu untuk selalu datang ke posyandu setiap bulan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya..
6. Pemberian tablet vitamin A ke 4.
7. Lakukan uji tugas perkembangan anak untuk tahap selanjutnya / bulan depan yaitu dengan DDST pada usia anak 21 bulan.

VI. PELAKSANAAN
Tanggal: 7 Februari 2009 Jam: 09.15 WIB
1. Memberi tahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Memberitahu ibu cara merangsang anaknya yaitu dengan cara memberikan anak mainan warna- warni, beri kertas dan pensil warna, manik-manik kubus dll.
3. Memberitahu ibu tentang perkembangan anak usia 21 bulan.
• Menyebut nama
• Memakai t-shirt
• Meniru garis vertikal
• Mengetahiu kegiatan
• Mengetahui kegiatan.
• Loncat jauh.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga kesehatan anaknya dengan tetap mempertahankan pola makan dan kebersihan.
5. Memotifasi ibu untuk selalu datang ke posyandu tiap bulan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
6. Memberikan tablet vitamin A ke 4yang berguna untuk kesehatah mata anak.
7. Melakukan tes uji perkembangan anak tahap berikutnya/bulan depan yaitu dengan DDST pada usia anak 21 bulan.
VII. EVALUASI
Tanggal : 7 Februari 2009 Jam : 09.30
1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan yaitu anaknya dalam keadaan baik.
N=110x/menit
R=30x/menit
S=36,5 C
BB=10 kg
PB= 83 cm
Pemeriksaan DDST dalam keadaan normal
2. Ibu telah mengetahui cara merangsang perkembangan anaknya dan akan mempraktekannya.
3. Ibu telah mengetahui mengenai perkembangan anak usia 21 bulan.
4. Ibu bersedia untuk menjaga kesehatan anaknya.
5. Ibu bersedia untuk datang ke posyandu setiap bulan.
6. Vitamin A telah diberikan pada anak, dan anak mau tidak rewel.
7. Ibu bersedia untuk melakukan tes uji perkembangan anaknya ke tahap berikutnya.

MANAGEMEN KEBIDANAN PADA NY. A AKSEPTOR KB IUD

MANAGEMEN KEBIDANAN PADA NY. A AKSEPTOR KB IUD
DI RB RISNA MEDIKA

 

 
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada Tanggal 02 Februari 2010 pukul 09.00 wib oleh Bidan Lia di RB. Risna Medika Cilacap
1. Data Subyektif
a. Biodata
Nama Ibu : Ny. A Nama Suami : Tn. A
Umur : 30 Tahun Umur : 35 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Kalidonan 30 Alamat : Jl. Kalidonan 30
Cilacap Cilacap
b. Keluhan utama
Ibu datang ke klinik KB untuk pasang IUD
c. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 x
Menikah pertama umur : 23 tahun
Usia Pernikahan : 7 tahun
d. Riwayat Menstruasi
Haid Pertama : Usia 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 6 – 7 hari
Sifat darah : Merah segar, encer
Banyaknya : 2 – 3 x ganti pembalut
Teratur / tidak : teratur
e. Riwayat Kehamilan dan Persalinan lalu
P2 A0 Ah2

 

 
Hamil Ke Persalinan Nifas
Tgl Lahir UK Jenis Persalinan Penolong Komplikasi JK BB / PB Lahir Laktasi Komplikasi
Ibu Bayi
1

 

 
2 26/4/05

 

 
29/6/09 36 mg

 
37
mg
Spontan

 

 
spontan Bidan

 

 
bidan -

 

 
- -

 

 
- L

 

 
L 3500 gram /50cm
3400 gram/
48cm 16 bulan

 
-

 
f. Riwayat Kontrasepsi yang Digunakan

 
NO Jenis
Kontrasepsi Mulai Memakai Berhenti/Ganti Cara
Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Keluhan
Suntik 01/12/05 Bidan Pkm Jarang haid, tambah gemuk 10/1/08 - - Jarang haid, tambah gemuk

 

 

 

 
g. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit nyeri tekan perut bawah/nyeri serfiks, kencing terasa panas, pengeluaran pus atau mukus pervaginam (Gonorrhoea,Syphilis), penyakit tekanan darah tinggi .
2) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mederita penyakit dengan kelainan pembentukan darah, DM, kanker atau paru-paru serta riwayat alergi pada logam.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Saat dikaji ibu mengatakan tidak sedang menderita sakit kencing manis. Sakit perut bagian bawah/nyeri tekan, pusing-pusing, anyang-anyang, panas dingin (demam). Gemetar atau keluar keringat dingin saat beraktifitas.
h. Pada kebiasan sehari-hari ( sebelum pasang IUD )
1) Nutrisi
Makan 3 kali sehari dan ibu tidak berpantang terhadap makanan.Minum 8-10 gls air putih dan teh.
2) Istirahat
Ibu biasa tidur siang 1,5 - 2 jam,tdr malam 8-10 jam, tidak ada gangguan.
3) Aktifitas
Ibu terbiasa melakukan sendiri pekerjaan rumah tangganya.
4) Personal hygiene
Ibu mandi 2 x/hr, gosok gigi 2x/hari, keramas 3x/hari, ganti baju 1x/hr dan ganti celana dalam 2x/hr selalu cebok setelah BAK/BAB.
i. Pola sexual
Frekwensi senggama 1-3 x/mg, tidak ada keluhan.
j. Latar belakang
Ibu ingin milih pasang IUD karena menurut ibu jenis KB ini sudah memesyarakat dan sudah banyak pasangan yg memkai alat kontrasepsi ini. Klien mendapatkan persetujuan dari suami untuk pemakaian KB ini dan tidak bertentangan dengan adat dan budaya jawa yang dianut oleh ibu.

2.Data Obyektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
Tensi : 120/80mmHg Rr : 20 x/mnt
Nadi : 80 x/mnt Suhu : 360C
BB : 60 kg TB : 155 cm
d. Pemeriksaan fisik
- Kepala : rambut bersih,warna hitam,tidak rontok,penyebaran merata.
- Mata : conjungtiva merah muda, sklera putih
- Hidung : bersih,simetris, tidak ada polip,tidak ada sekret,penciuman baik.
- Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,vena jugularis dan kelenjar limfe.
- Dada : Pernafasan teratur,tidak ad ronchi,tidak terdapat hiperpiogmentasi areola.
- Abdomen: tidak ada pembesaran uterus,tidak teraba massa/tumor,tdk ada nyeri tekan pada perut bawah,tidak ad pembesran hepar.
- Genetalia
Inspeculo : Cervic tidak dijumpai pus atau mukus yang berkebihan, tidak ada perdarahan, tidak ada oedem dan varices pd vagina.
- Bimanual : Tanda-tanda infeksi tidak dijumpai, seperti nyeri tekan daerah adnexa.
- Ekstremitas : Tidak ada varices ataupun oedem pada kaki, kuku tidak pucat, tidak terdapat flambing finger.
e. Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan.

3. ASSESMENT

P2A0Ah2 30 tahun, ibu calon akseptor KB IUD, anak terkecil usia 8 bulan dengan keadaan umum baik, tidak ada kontra indikasi.

4. PLANNING
  1. Lakukan pendekatan dengan teknik komunikasi terapeutik dengan bersikap simpatik serta menunjukkan perhatian pada klien.
  2. Persiapan klien dengan memberi tahu tentang langkah-langkah klien yang akan dilakukan, klien mengerti.
  3. Kaji pengetahuan ibu tentang efek samping IUD, klien sudah paham tentang efek samping yang ditimbulkan dari pemasangan IUD.
  4. Persiapan peralatan yg dibutuhkan dengan prinsip septik dan antiseptik, alat sudah siap.
  5. Atur pasien dengan posisi litothomi, klien memposisikan diri dengan posisi litotomi.
  6. Lakukan pemeriksaan sesuai standart pelayanan dengan secara sistematif, hasil pemeriksaan normal.
  7. Beritahu klien tentang hasil dari pemeriksaan, klien mengerti.
  8. Diskusikan dengan klien tentang hasil pemeriksaan.
  9. Memantapkan klien dengan KB IUD yg dipilihnya, klien sudah mantap ingin pasang IUD
  10. Beri penjelasan ulang tentang efek samping IUD yg mungkin timbul selam 3 bulan pertama dan cara penanggulangannya, klien sudah paham.
  11. Jadwalkan klien untuk kontrol ulang 1 minggu kemudian, klien bersedia.
  12. Jadwalkan untuk pemeriksaan pap smear, klien berjanji akan dating lagi untuk pemeriksaan pap smear.

Minggu, 25 April 2010

DBD

BAB 2
TINJUAN PUSTAKA

2.1 Batasan Judul
2.1.1 Asuhan keperawatan adalah serangkaian aksi yang digunakan untuk menetapkan merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dengan tujuan memberikan perawatan yang membantu konsumen mencapai dan memelihara keadaan kehatannya sebaik meungkin. ( Walf xdkk, 1984 : 52)
2.1.2 Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin ( Pusdiknakes, 1992; 3)
2.1.3 Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan tipe I – IV dengan infestasi klinis dengan 5 – 7 hari disertai gejala perdarahan dan jika timbul tengatan angka kematiannya jcukup tinggi (UPF IKA, 1994 ; 201)
Grade I : Panas 2 – 67 hari gejala umum tidak khas, uji tourniguet hasilnya positif (UPF IKA, 1994 ; 201)

2.2 Konsep dasar DBD
2.2.1 Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341)
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak – anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak – anak berusia di bawah 15 tahun disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang disebabkan virus dengue dan penularan melalui gigitan nyamuk Aedes. (Soedarto, 1990 ; 36)
2.2.2 Faktor penyebab DBD
2.2.2.1 Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36)
2.2.2.2 Vektor
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita lkepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37)
2.2.2.3 Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. DBD akan terjadi hjika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38)
2.2.3 PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia. Hal tersebut menyebabkan pengaktivan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus pengaktivan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu gipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehinggas terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat di sebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi SHOCK dan jika SHOCK tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya tejadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan
2.2.4 GAMBARAN KUNIS
2.2.4.1 Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 1990 ; 39)
2.2.4.2 Perdarahan
Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 jdari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349)
2.2.4.3 Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita . (Soederita, 1995 ; 39)
2.2.4.4 Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39)
2.2.4.5 Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun obstipasi dan kejang – kejang. (Soedarto, 1995 ; 39)
2.2.4.6 Menurut derajat ringannya penyakit, DBD dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :
1. Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umumtidak khas, uji taniquet hasilnya positif
2. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.
3. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah hseperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg. 4. Derajat IV Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
2.2.5 PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA
Untuk mendiagnosis DBD dapat dilakukan pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga dapat ditegakan dengan pemeriksaan laboratorium yakni :
Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat (> 20%) leukopenia ( mungkin normal atau leukositosis), isolasi virus, serologis (UPF IKA, 1994 pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan anti bodi HI (Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya adalah
Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI adalah kurang dari 1/20 dan akan meningkat sampai < 1/1280 pada stadium rekovalensensi pada infeksi kedua atau selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut > 1/20 dan akan meningkat dalam stadium rekovalensi sampai lebi9h dari pada 1/2560.
Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang titernya dalam stadium rekonvalensi tidak naik lagi. (UPF IKA, 1994 ; 202)
Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali (setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan) faal haemostasis x-foto dada, elektro kardio gram, kreatinin serum.
2.2.6 DIAGNOSA BANDING
2.2.6.1 Belum / tanpa renjatan :
1. Campak
2. Infeksi bakteri / virus lain (tonsilo faringitis, demam dari kelompok pnyakit exanthem, hepatitis, chikungunya)
2.2.6.2 Dengan renjatan
1. Demam tipoid
2. Renjatan septik oleh kuman gram negatif lain
2.2.6.3 Dengan perdarahan
1. Leukimia
2. Anemia aplastik
2.2.6.4 Dengan kejang
1. Ensefalitis
2. meningitis

2.2.7 PERNCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
Pemberantasan DBD seperti juga penyakit menular laibn didasarkan atas meutusan rantai penularan, terdiri dari virus, aedes dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terdapat virus itu maka pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada vektornya. (Soemarmo, 1998 ; 56)
Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Sumarmo, 1998 ; 57)
1) manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS
2) memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.
3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi
Menurut Rezeki S, 1998 : 22,
Pemberantasan penyakit DBD ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu
1) Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur sekurang – kurangnya sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya
2) Menutup rapat – rapat tempat penampung air dan
3) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung air hujan seperti  dilanjutkan di baliknya
2.2.8 PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya pengobatan pasien DBD bersifat simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 12995 ; 344)
DBD ringan tidak perlu dirawat, DBD sedang kadang – kadang tidak memerlukan perawatan, apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 1995 ; 571)
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 1994 ; 203) yaitu : panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau kejang – kejang ; panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet positif/negatif, kesakitan, Hb dan Ht meningkat.
Sedangkan penatalaksanaan DBD menurut UPF IKA, 1994 ; 203 – 206 adalah
2.2.8.1 Grade I dan II
1. Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan
Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari
Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari
Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari
Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari
2. Terapi cairan
1) infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < kh atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10 kg bersama – sama di berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya
2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak – banyaknya
3.
2.2.8.2
2.2.9
2.3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. PS Hari / Tanggal : Selasa 8 Mei 2001
Dx medis : DHF

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
T U J U A N
INTERVENSI
RASIONAL
Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik sehubungan dengan perdarahan
Data Subyektif :
Pasien mengeluh merasa gelisah, mual, lemah, berkeringat
Data Obyektif :
Torniquit Positif : Ada Perdarahan Diabawah kulit lengan dengan indurasi lebih dari 2,8 mm, Ada perdarahan di kaki, Trombosit 36.000, HT 48 %, Hb 16,1 gr%, Nadi 100 kali/menit, lemah dan cepat Tujuan :
Tidak akan terjadi syok hupovolemi / Pasien bebas dari syok hipovolemi
Kriteria :
• Pasien mengatakan tidak gelisah dan pusing.
• Kesadaran compos mentis
• Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
• Hematokrit dalam batas normal : 37 - 43 %.
• Perdarahan dibawah kulit dan kaki tidak ada
• Trombosit lebih dari 100.000

• Observasi tanda-tanda vital: Tekanan darah, frekuensi dan kedalaman pernafasan, frekuensi dan kedalaman nadi, suhu.
• Kolaborasi dalam pemberian :
Terapi cairan RL atau pengganti plasma
Kalau perlu transfusi darah (trombosit)
• Monitor intake-output
• Cek Hemoglobin, hematokrit, dan trombosit.
• Observasi perkembangan bintik-bintik merah di kulit, keluhan lemah, keringat dingin, kulit lembab dan dingin.
• Ukur dan catat perdarahan yang keluar

Deteksi dini terhadap terjadinya hipovolemik shock


Mengatasi kekurangan cairan akibat perdarahan dan penguapan

Mengatasi trombositopenia akibat agresi trombosit yang berlebihan

Deteksi dini terjadinya hemokonsentrasi dan trombositopenia

Memnatau terjadinya perkembangan perdarahan yang terjadi



Indikator untuk mengganti kehilangan cairan lewat perdarahan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. PS Hari / Tanggal : Selasa 8 Mei 2001
Diagnosa Medik : DHF

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
T U J U A N
INTERVENSI
RASIONAL
Peningkatan suhu tubuh s.d kerusakan kontrol suhu sekunder terhadap infeksi
Data Subyektif :
Klien mengeluh Panas badan terus menerus, Rasa puains, mulut terasa kering
Data Obyektif :
Suhu 38 0 C, Nadi 100 kali /menit, Palpasi kulit panans, Klien berkeringat Tujuan :
Suhu tubuh turun sampai batas normal dalam waktu 4 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
1. Klien mengungkapkan badanyanya tidak terasa panas.
2. Suhu tubuh turun 36,5 – 37.5 o C
3. Klien tidak gelisah
4. RR 18x/menit
5. Nadi 80-88 x/menit. Rencana tindakan :
1. Beri penjelasan pada klien penyebab panas

2. Observasi tanda vital tiap 3 jam sekali

3. Lakukan kompres hangat didaerah permukaan tubuh

4. Berikan minum banyak + 2 liter perhari

5. Lanjutkan pemberian terapi IV sesuai pesanan dan antipiretik 3 x 500 mg

Dengan penjelasan diharapkan penderita mengerti dan mau berpartisipasi dalam perawatan.
Memantau perkembangan klien untuk tindakan perawatan selanjutnya
Mempercepat vasodilatasi sehingga terjadi penguapan , merangsang termostat
Dapat mengimbangi akibat pengeluaran cairan lewat penguapan
Mempercepat proses penurunan panas





RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. PS Hari / Tanggal : Selasa 8 Mei 200
Diagnosa Medik : DHF
\
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
T U J U A N
INTERVENSI
RASIONAL
Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang Dari Kebutuhan Tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Data Subyektif :
Pasien mengeluh mual, nafsu makan kurang
Data Obyektif.
Klien Nampak Lemah
Tujuan :
Status Nutrisi Pasien Dipertahankan Dalam batas normal
Kriteria:
-. Pasien menghabiskan porsi makanan yang disiapkan
-. Tidak mengeluh mual dan muntah
-. Tidak mengeluh pusing 1. Beri makanan sesuai dengan kebutuhan dan kesukaannya.
2. Observasi jumlah makanan yang terkonsumsi
3. Beri penjelasan pada pasien tentang nutrisi yang dibutuhkan dan kegunaannya.
4. Sajikan menu yang menarik
5. Kolaborasi dengan medis tentang keluhan untuk mendapatkan infus.,obat anti mual, obat penambah nafsu makan.
6. Lakukan cek BB tiap 3 hari Kegagalan asupan nutrisi dapat terjadi akibat maknan yang dihidangkan tidak sesuai dengan kebutuhan dan kesukaan.
Untuk memastikan cukupnya asupan makanan peroral

Pengetahuan akan membantu meningkatkan toleransi pasien terhadap kebutuhan yang ada

Merangsang nafu makan klien

Mengatasi kegagalan asupan makanan peroral




Mengetahui perkekmbangan status nutrisi








Asuhan Keperawatan DHF Pada Klien Tn.P S.,
di Ruang Penyakit Infeksi Tropik Laki RSUD Dr Soetomo Surabaya.

Nama Mahasiswa : Gadur Blasius,Skep.Ns
Tempat Praktek : Penyakit Infeksi Tropik Laki
Tanggal : 7 - 11 Mei 2001


Pengkajian

1. IDENTITAS
Nama : Tn. P.S Tanggal MRS : 7 - Mei - 2001
Umur : 16 Tahun Diagnosa Medik : DHF Grd II
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Kelapa Gading
Alasan Dirawat : Panas 3 hari terus menerus, rasa kaku seluruh badan, mual – mual. Saat dikaji Pasien mengeluh pusing, berkeringat, lemah, mulut terasa kering dan Panas Badan
Keluhan Utama : Panas Badan
Sebelumnya : Panas tinggi 3 hari, badan terasa lemah
Upaya yg Dilakukan: Pergi ke dokter praktek, Panas tidak turun kemudian ke RSUD
Dr. Soetomo Surabaya
Therap/Operasi : Therapi sebelumnya pasien lupa. Tidak pernah dioperasi

2. RIWAYAT KEPERAWATAN (nursing History)
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tidak pernah menderita sakit berat. Hanya batuk pilek biasa.

Riwayat Penyakit Sekarang
Mulanya Panas badan biasa, dikira demam karena flu. Karena demam terus menerus dan panan badan meningkat maka pergi kedokter praktek. Stelah minum obat tidak ada perubahan dan seluruh badan terasa kaku maka pergi ke IRD RSUD D. Soetomo .
Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga. Keluarga dalam keadaan sehat – sehat saja
Keadaan Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan rumahnya sederhana tetapi bersih. Mandi Dikamar mandi menggunakan air sumur. Jarak rumah tinggal berdekatan. Ada selokan didepan rumah. Kalau hujan sering meluap
Riwayat Kesehatan lainnya : -
Alat Bantu Yang Digunakan : Klien tidak menggunakan alat Bantu pendengaran dan penglihatan. Tidak menggunakan gigi palsu.

3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
3.1. Keadaan Umum
Tampak lemah sekali Banyak keringat, agak pucat. Tidur di tempat tidur dengan posisi terlentang. Tangan Kiri terpasang IVFD RL 20 tetes/menit.
3.2. Tanda – Tanda Vital
Temperatur : 38,50C / Axilla, Nadi : 102 X/menit, lemah dan kecil , Tensi 110/80 mmHg lengan kanan
RR : 20 Kali / menit

4. BODY SYSTEMS
Pernapasan ( B1 = Breathing)
Hidung : Tidak ada perdarahan dan tidak ada secret, bentuk hidung normal
Trachea :
Tidak ada Nyeri Tidak ada dispneu Tidak ada orthopneu
Tidak ada cyanosis Tidak ada batuk darah Napas Dangkal (-)
Tidak ada retraksi dada Tidak ada sputum Tracheotomi (-)
Suara Tambahan
Wheezing (-) Ronchi (-) Rales (-) Crackets (-)
Bentuk dada : Simetris kiri dan kanan
Cardiovaskuler (B2 = Bleeding)
Nyeri dada (-) Pusing (+) Sakit Kepala (-) Palpitasi (-)
Kram kaki (-) Clubbing Finger (-)
Suara jantung : Normal
Edema :
Palbera (-) Extremitas atas (-) Ascites (-)
Anasarka (-) Extremitas Bawah (-)
Tambahan :
Uji Torniquit (+): Ada perdarahan dilengan dengan indurasi lebih dari 2,8 cm, dikaki ada bintik – bintik darah
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tangga 07 Mei 2001 :
Hb : 16,1 gr%
HT : 48
Leukosit : 8,5
Trombo : 36
PCV : 0,48
Natrium : 140
Kalium : 4,35
Kreatinin Serum : 1,28
SGOT : 129
Gula darah Acak : 119
Persyarafan
Kesadaran : Composmentis
GCS :E (4), V(5), M (6) Total Nilai : 15
Kepala dan wajah: Tidak ada kelainan
Mata
Sclera : Tidak Icterus Pupil : Isokor
Leher : Tidak ada pembengkakan, Bentuk normal
Persepsi sensori:
Pendengaran : Kiri : Normal Kanan : Normal
Penciuman : Dapat membaui (Normal)
Pengecapan : Normal
Penglihatan : Tidak ada gangguang penglihatan
Perabaan : Normal
Perkemihan – Eliminasi Uri (B4 = Ladder)
Produksi Urine : Tidak diukur
Warna : Kuning teh
Tidak ada permasalahan dengan sistim perkemihan.
Pencernaan - Eliminasi Alvi (B5 = Bowel)
Mulut dan tenggorokan : Bersih tidak ada tanda radang dan kelainan
Abdomen : Tidak ada kelainan
Rectum : Tidak dikaji
BAB : 2 kali/hari, Konsistensi : Lembek
Obat Pencahar : Tidak
Diit : Tinggi Kalori tinggi protein
Lain – lain :
Nafsu makan menurun karena mual
Tulang – Otot – Integument
Kemampuan pergerakan sendiri : bebas.
Tidak ada paree. Paralysis dan hemiparese
Extremitas Atas dan bawah tidak ada kelainan
Tulang belakang tidak ada kelainan
Kulit : Warna kulit sawo matang Akral : Dingin
Turgor kulit baik
Sistim Endokrin
Tidak ada therapy hormonal
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fiik : Normal
Tidak ada kelaian dalam kaitan dengan sistim endokrin
Sistim hemapoetik
Tidak ada riwayat mendapat transfusi darah
Sistim reproduksi : Tidak dikaji
Psikososial
Harapan klien : klien mengharapkan agar penyakitnya cepat sembuh supaya dapat kembali ke sekolah . bekerja. Klien mematuhi semua anjuran petugas kesehatan yang merawatnya .
Analisa Data

Karakteristik data Kemungkinan Penyebab Masalah
Data Subyektif :
Klien mengeluh Panas badan terus menerus, Rasa puains, mulut terasa kering
Data Obyektif :
Suhu 38 0 C, Nadi 100 kali /menit, Palpasi kulit panans, Klien berkeringat Kerusakan Kontrol sekunder terhadap infeksi Peningkatan Suhu Tubuh
Data Subyektif :
Pasien mengeluh merasa gelisah, mual, lemah, berkeringat
Data Obyektif :
Torniquit Positif : Ada Perdarahan Diabawah kulit lengan dengan indurasi lebih dari 2,8 mm, Ada perdarahan di kaki, Trombosit 36.000, HT 48 %, Hb 16,1 gr%, Nadi 100 kali/menit, lemah dan cepat Perdarahan Syok Hipovolemik
Data Subyektif :
Pasien mengeluh mual, nafsu makan kurang
Data Obyektif.
Klien Nampak Lemah Intake yang inadekuat Kurang Nutrisi


Diagnosa Keperawatan :
1. Peningkatan Suhu tubuh sehubungan kerusakan kontrol sekunder terhadap infeksi
2. Resiko Tinggi terjadinya syok hipovolemik sehubungan dengan perdarahan
3. Resiko tinggi ganggua nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan intake yang inadekuat
Pelaksanaan

Hari / Tanggal / Jam Tindakkan TTDPerawat
Hari Rabu , 8 Mei
08.00






















09.25


09.45


10.45

11. 00


13.00



13.45
Mengobservasi tanda vital, dengan hasil :
Tensi 110 / 70 mmHg, Nadi 92 kali/menit masih lemah dan cepat, RR 18 kali/menit Temperatur, 38oC. Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga (Kakak Klien) tentang penyebab panas dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti Menganjurkan Klien untuk banyak minum dan makan buah – buahan. Menganjurkan keluarga untuk memberikan kompres hangat pada daerah ketiak.
Mengganti cairan infus dan Mengatur Jadwal Pemberian Therapi cairan secara intravena sesuai pesanan dokter 20 tetes /menit yakni pemberian 1 Flash harus habis dalam 8 jam. Dalam sehari 3 flah harus dihabiskan yaitu mulai jam 08.00, Jam 16.00, Jam 24.00
Mengobservasi Perkembangan bintik – bintik merah di kaki pasien dan di lengan.
Mengambil darah Untuk pemeriksaan trombosit dan menjelaskan pada klien alasan pengambilan darah .
Memonitor tanda vital :
Tensi 110/80. Nadi 84 Kali/menitmasih lemah dan cepat , RR 20 Kali/menit
Memotivasi klien untuk menghabiskan porsi makanan yang disiapkan dan dan memberikan penjelasan pada klien tentang diit yang dianjurkan serta alasannya.
Menganjurkan klien untuk istirahat






RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. Hari / Tanggal :
Dx medis : DHF

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
T U J U A N
INTERVENSI
RASIONAL
Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik sehubungan dengan perdarahan
Data Subyektif :
Pasien mengeluh merasa gelisah, mual, lemah, berkeringat
Data Obyektif :
Torniquit Positif : Ada Perdarahan Diabawah kulit lengan dengan indurasi lebih dari 2,8 mm, Ada perdarahan di kaki, Trombosit 36.000, HT 48 %, Hb 16,1 gr%, Nadi 100 kali/menit, lemah dan cepat Tujuan :
Tidak akan terjadi syok hupovolemi / Pasien bebas dari syok hipovolemi
Kriteria :
• Pasien mengatakan tidak gelisah dan pusing.
• Kesadaran compos mentis
• Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
• Hematokrit dalam batas normal : 37 - 43 %.
• Perdarahan dibawah kulit dan kaki tidak ada
• Trombosit lebih dari 100.000

• Observasi tanda-tanda vital: Tekanan darah, frekuensi dan kedalaman pernafasan, frekuensi dan kedalaman nadi, suhu.
• Kolaborasi dalam pemberian :
Terapi cairan RL atau pengganti plasma
Kalau perlu transfusi darah (trombosit)
• Monitor intake-output
• Cek Hemoglobin, hematokrit, dan trombosit.
• Observasi perkembangan bintik-bintik merah di kulit, keluhan lemah, keringat dingin, kulit lembab dan dingin.
• Ukur dan catat perdarahan yang keluar

Deteksi dini terhadap terjadinya hipovolemik shock


Mengatasi kekurangan cairan akibat perdarahan dan penguapan

Mengatasi trombositopenia akibat agresi trombosit yang berlebihan

Deteksi dini terjadinya hemokonsentrasi dan trombositopenia

Memnatau terjadinya perkembangan perdarahan yang terjadi



Indikator untuk mengganti kehilangan cairan lewat perdarahan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. Hari / Tanggal :
Diagnosa Medik : DHF

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
T U J U A N
INTERVENSI
RASIONAL
Peningkatan suhu tubuh s.d kerusakan kontrol suhu sekunder terhadap infeksi
Data Subyektif :
Klien mengeluh Panas badan terus menerus, Rasa puains, mulut terasa kering
Data Obyektif :
Suhu 38 0 C, Nadi 100 kali /menit, Palpasi kulit panans, Klien berkeringat Tujuan :
Suhu tubuh turun sampai batas normal dalam waktu 4 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
6. Klien mengungkapkan badanyanya tidak terasa panas.
7. Suhu tubuh turun 36,5 – 37.5 o C
8. Klien tidak gelisah
9. RR 18x/menit
10. Nadi 80-88 x/menit. Rencana tindakan :
6. Beri penjelasan pada klien penyebab panas

7. Observasi tanda vital tiap 3 jam sekali

8. Lakukan kompres hangat didaerah permukaan tubuh

9. Berikan minum banyak + 2 liter perhari

10. Lanjutkan pemberian terapi IV sesuai pesanan dan antipiretik 3 x 500 mg

Dengan penjelasan diharapkan penderita mengerti dan mau berpartisipasi dalam perawatan.
Memantau perkembangan klien untuk tindakan perawatan selanjutnya
Mempercepat vasodilatasi sehingga terjadi penguapan , merangsang termostat
Dapat mengimbangi akibat pengeluaran cairan lewat penguapan
Mempercepat proses penurunan panas





RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. Hari / Tanggal :
Diagnosa Medik : DHF
\
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
T U J U A N
INTERVENSI
RASIONAL
Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang Dari Kebutuhan Tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Data Subyektif :
Pasien mengeluh mual, nafsu makan kurang
Data Obyektif.
Klien Nampak Lemah
Tujuan :
Status Nutrisi Pasien Dipertahankan Dalam batas normal
Kriteria:
-. Pasien menghabiskan porsi makanan yang disiapkan
-. Tidak mengeluh mual dan muntah
-. Tidak mengeluh pusing 7. Beri makanan sesuai dengan kebutuhan dan kesukaannya.
8. Observasi jumlah makanan yang terkonsumsi
9. Beri penjelasan pada pasien tentang nutrisi yang dibutuhkan dan kegunaannya.
10. Sajikan menu yang menarik
11. Kolaborasi dengan medis tentang keluhan untuk mendapatkan infus.,obat anti mual, obat penambah nafsu makan.
12. Lakukan cek BB tiap 3 hari Kegagalan asupan nutrisi dapat terjadi akibat maknan yang dihidangkan tidak sesuai dengan kebutuhan dan kesukaan.
Untuk memastikan cukupnya asupan makanan peroral

Pengetahuan akan membantu meningkatkan toleransi pasien terhadap kebutuhan yang ada

Merangsang nafu makan klien

Mengatasi kegagalan asupan makanan peroral




Mengetahui perkekmbangan status nutrisi








Asuhan Keperawatan DHF Pada Klien Tn.P S.,
di Ruang Penyakit Infeksi Tropik Laki RSUD Dr Soetomo Surabaya.

Nama Mahasiswa : Lalu Mutawalli
Tempat Praktek :Ruang Perawatan anak
Tanggal :


Pengkajian

5. IDENTITAS
Nama : Tn. Tanggal MRS :
Umur : Diagnosa Medik : DHF Grd II
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Kelapa Gading
Alasan Dirawat : Panas 3 hari terus menerus, rasa kaku seluruh badan, mual – mual. Saat dikaji Pasien mengeluh pusing, berkeringat, lemah, mulut terasa kering dan Panas Badan
Keluhan Utama : Panas Badan
Sebelumnya : Panas tinggi 3 hari, badan terasa lemah
Upaya yg Dilakukan: Pergi ke dokter praktek, Panas tidak turun kemudian ke RSUD
Dr. Soetomo Surabaya
Therap/Operasi : Therapi sebelumnya pasien lupa. Tidak pernah dioperasi

6. RIWAYAT KEPERAWATAN (nursing History)
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tidak pernah menderita sakit berat. Hanya batuk pilek biasa.

Riwayat Penyakit Sekarang
Mulanya Panas badan biasa, dikira demam karena flu. Karena demam terus menerus dan panan badan meningkat maka pergi kedokter praktek. Stelah minum obat tidak ada perubahan dan seluruh badan terasa kaku maka pergi ke IRD RSUD D. Soetomo .
Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga. Keluarga dalam keadaan sehat – sehat saja
Keadaan Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan rumahnya sederhana tetapi bersih. Mandi Dikamar mandi menggunakan air sumur. Jarak rumah tinggal berdekatan. Ada selokan didepan rumah. Kalau hujan sering meluap
Riwayat Kesehatan lainnya : -
Alat Bantu Yang Digunakan : Klien tidak menggunakan alat Bantu pendengaran dan penglihatan. Tidak menggunakan gigi palsu.

7. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
3.3. Keadaan Umum
Tampak lemah sekali Banyak keringat, agak pucat. Tidur di tempat tidur dengan posisi terlentang. Tangan Kiri terpasang IVFD RL 20 tetes/menit.
3.4. Tanda – Tanda Vital
Temperatur : 38,50C / Axilla, Nadi : 102 X/menit, lemah dan kecil , Tensi 110/80 mmHg lengan kanan
RR : 20 Kali / menit

8. BODY SYSTEMS
Pernapasan ( B1 = Breathing)
Hidung : Tidak ada perdarahan dan tidak ada secret, bentuk hidung normal
Trachea :
Tidak ada Nyeri Tidak ada dispneu Tidak ada orthopneu
Tidak ada cyanosis Tidak ada batuk darah Napas Dangkal (-)
Tidak ada retraksi dada Tidak ada sputum Tracheotomi (-)
Suara Tambahan
Wheezing (-) Ronchi (-) Rales (-) Crackets (-)
Bentuk dada : Simetris kiri dan kanan
Cardiovaskuler (B2 = Bleeding)
Nyeri dada (-) Pusing (+) Sakit Kepala (-) Palpitasi (-)
Kram kaki (-) Clubbing Finger (-)
Suara jantung : Normal
Edema :
Palbera (-) Extremitas atas (-) Ascites (-)
Anasarka (-) Extremitas Bawah (-)
Tambahan :
Uji Torniquit (+): Ada perdarahan dilengan dengan indurasi lebih dari 2,8 cm, dikaki ada bintik – bintik darah
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tangga 07 Mei 2001 :
Hb : 16,1 gr%
HT : 48
Leukosit : 8,5
Trombo : 36
PCV : 0,48
Natrium : 140
Kalium : 4,35
Kreatinin Serum : 1,28
SGOT : 129
Gula darah Acak : 119
Persyarafan
Kesadaran : Composmentis
GCS :E (4), V(5), M (6) Total Nilai : 15
Kepala dan wajah: Tidak ada kelainan
Mata
Sclera : Tidak Icterus Pupil : Isokor
Leher : Tidak ada pembengkakan, Bentuk normal
Persepsi sensori:
Pendengaran : Kiri : Normal Kanan : Normal
Penciuman : Dapat membaui (Normal)
Pengecapan : Normal
Penglihatan : Tidak ada gangguang penglihatan
Perabaan : Normal
Perkemihan – Eliminasi Uri (B4 = Ladder)
Produksi Urine : Tidak diukur
Warna : Kuning teh
Tidak ada permasalahan dengan sistim perkemihan.
Pencernaan - Eliminasi Alvi (B5 = Bowel)
Mulut dan tenggorokan : Bersih tidak ada tanda radang dan kelainan
Abdomen : Tidak ada kelainan
Rectum : Tidak dikaji
BAB : 2 kali/hari, Konsistensi : Lembek
Obat Pencahar : Tidak
Diit : Tinggi Kalori tinggi protein
Lain – lain :
Nafsu makan menurun karena mual
Tulang – Otot – Integument
Kemampuan pergerakan sendiri : bebas.
Tidak ada paree. Paralysis dan hemiparese
Extremitas Atas dan bawah tidak ada kelainan
Tulang belakang tidak ada kelainan
Kulit : Warna kulit sawo matang Akral : Dingin
Turgor kulit baik
Sistim Endokrin
Tidak ada therapy hormonal
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fiik : Normal
Tidak ada kelaian dalam kaitan dengan sistim endokrin
Sistim hemapoetik
Tidak ada riwayat mendapat transfusi darah
Sistim reproduksi : Tidak dikaji
Psikososial
Harapan klien : klien mengharapkan agar penyakitnya cepat sembuh supaya dapat kembali ke sekolah . bekerja. Klien mematuhi semua anjuran petugas kesehatan yang merawatnya .
Analisa Data

Karakteristik data Kemungkinan Penyebab Masalah
Data Subyektif :
Klien mengeluh Panas badan terus menerus, Rasa puains, mulut terasa kering
Data Obyektif :
Suhu 38 0 C, Nadi 100 kali /menit, Palpasi kulit panans, Klien berkeringat Kerusakan Kontrol sekunder terhadap infeksi Peningkatan Suhu Tubuh
Data Subyektif :
Pasien mengeluh merasa gelisah, mual, lemah, berkeringat
Data Obyektif :
Torniquit Positif : Ada Perdarahan Diabawah kulit lengan dengan indurasi lebih dari 2,8 mm, Ada perdarahan di kaki, Trombosit 36.000, HT 48 %, Hb 16,1 gr%, Nadi 100 kali/menit, lemah dan cepat Perdarahan Syok Hipovolemik
Data Subyektif :
Pasien mengeluh mual, nafsu makan kurang
Data Obyektif.
Klien Nampak Lemah Intake yang inadekuat Kurang Nutrisi


Diagnosa Keperawatan :
4. Peningkatan Suhu tubuh sehubungan kerusakan kontrol sekunder terhadap infeksi
5. Resiko Tinggi terjadinya syok hipovolemik sehubungan dengan perdarahan
6. Resiko tinggi ganggua nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan intake yang inadekuat
Pelaksanaan

Hari / Tanggal / Jam Tindakkan TTDPerawat
Hari Rabu , 8 Mei
08.00






















09.25


09.45


10.45

11. 00


13.00



13.45
Mengobservasi tanda vital, dengan hasil :
Tensi 110 / 70 mmHg, Nadi 92 kali/menit masih lemah dan cepat, RR 18 kali/menit Temperatur, 38oC. Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga (Kakak Klien) tentang penyebab panas dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti Menganjurkan Klien untuk banyak minum dan makan buah – buahan. Menganjurkan keluarga untuk memberikan kompres hangat pada daerah ketiak.
Mengganti cairan infus dan Mengatur Jadwal Pemberian Therapi cairan secara intravena sesuai pesanan dokter 20 tetes /menit yakni pemberian 1 Flash harus habis dalam 8 jam. Dalam sehari 3 flah harus dihabiskan yaitu mulai jam 08.00, Jam 16.00, Jam 24.00
Mengobservasi Perkembangan bintik – bintik merah di kaki pasien dan di lengan.
Mengambil darah Untuk pemeriksaan trombosit dan menjelaskan pada klien alasan pengambilan darah .
Memonitor tanda vital :
Tensi 110/80. Nadi 84 Kali/menitmasih lemah dan cepat , RR 20 Kali/menit
Memotivasi klien untuk menghabiskan porsi makanan yang disiapkan dan dan memberikan penjelasan pada klien tentang diit yang dianjurkan serta alasannya.
Menganjurkan klien untuk istirahat
PWS KIA

A. PENGERTIAN
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Dengan manajemen PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja sehingga kasus dengan risiko/komplikasi kebidanan dapat ditemukan sedini mungkin untuk dapat memperoleh penanganan yang memadai.
Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran maupun membantu dalam memecahkan masalah non teknis misalnya: bumil KEK, rujukan kasus dengan risiko.
Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut berupa perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA. PWS KIA dikembangkan untuk intensifikasi manajemen program. Walaupun demikian, hasil rekapitulasinya di tingkat puskesmas dan kabupaten dapat dipakai untuk menentukan puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula rekapitulasi PWS KIA di tingkat propinsi dapat dipakai untuk menentukan kabupaten yang rawan.
B. TUJUAN
1. Umum
Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus menerus.
2. Khusus
a. Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator secara teratur (bulanan) dan terus menerus.
b. Menilai kesenjangan antara target dengan pencapaian.
c. Menentukan urutan daerah prioritas yang akan ditangani secara intensif.
d. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
e. Membangkitkan peran pamong dalam menggerakkan sasaran dan mobilisasi sumber daya.












BAB II
ISI

A. COTOH KASUS
Puskesmas Tanjung Sari di daerah Surabaya Barat tepatnya di Kecamatan Sukomanunggal yang telah berdiri sejak tahun 1968 ini memiliki sebuah program yang diprioritaskan yakni program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Tujuan diprioritaskannya program ini adalah selain karena Puskesmas telah dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas KIA, namun juga memiliki misi untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sari ini.
Kunjungan ibu hamil di wilayah ini masih sangat kurang, karena banyak sekali pekerja pabrik yang datang dan pergi. Wilayah Puskesmas ini dikelilingi oleh berbagai macam pabrik dan perlu diketahui bahwa menurut catatan Puskesmas Tanjung Sari, para pekerja pabrik atau buruh yang terdapat di wilayahnya adalah sebanyak dua ribu orang. Selain itu, pada umumnya para pekerja tersebut adalah termasuk penduduk musiman. kebanyakan pekerja pabrik hamil disini, tetapi melahirkan di desanya. Karena umumnya para pekerja tersebut memilih untuk melahirkan di desa, sehingga pemeriksaan kandungan pun tidak dapat rutin dilakukan

B. PEMBAHASAN
Kendala ini kemudian diatasi dengan cara sosialisasi kepada masyarakat mengenai Program KIA di Puskesmas Tanjung Sari, terutama kepada para pekerja di industri tersebut. Selain klinik KIA, Puskesmas yang sedang dalam renovasi ini pun memiliki dokter spesialis kandungan yang berpraktek setiap hari Senin dan Kamis. Ruang bersalin yang terdiri dari 6 kamar pun telah tersedia. Ruang bersalin ini dilengkapi dengan kamar mandi dalam di setiap ruangan bersalin. Bukan hanya itu, Sebanyak 8 orang Bidan yang berdinas di Puskesmas itu pun berpraktek selama 24 jam penuh untuk melayani para ibu hamil.
Para petugas kesehatan mengajak masyarakat di Kelurahan Tanjungsari, Sonokwijenan, dan Kelurahan Putat Gede supaya memeriksakan kehamilannya secara rutin pada Tenaga Kesehatan (Nakes) sehingga akan mempermudah proses kelahiran kelak. Ia juga menawarkan tabungan ibu hamil kepada para pasien yang sedang mengandung, yakni Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin) yang dikoordinir oleh seorang Bidan.
Namun, sejak program KIA ini ditingkatkan lebih baik sejak tahun 2007 dan semenjak adanya layanan rawat inap tahun 2008, jumlah kunjungan pun meningkat dan ibu hamil yang berada di wilayah Puskesmas pun rutin memeriksakan dirinya. Seperti yang tercatat di P2KPUSK Tanjung Sari yakni pada tahun 2007, tribulan kedua jumlah kunjungan bayi sebanyak 47% dan untuk tahun 2008 meningkat menjadi 83,5%.

C. MATERI
PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.
1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok ber-risiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
- Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
- Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
2. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Manajemen aktif kala III
4. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
5. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
6. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :
• Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan.
• Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 – 14 hari).
• Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36 – 42 hari).
Pelayanan yang diberikan adalah :
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2. 2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
5. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama.
6. Pelayanan KB pasca salin
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
4. Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam setelah lahir.
2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :
1. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisis :
- Lihat postur, tonus, dan aktifitas bayi.
- Lihat pada kulit bayi.
- Hitung pernafasan dan lihat tarikan dinding dada ketika bayi sedang tidak menangis.
- Hitung detak jantung dengan stetoskop. Stetoskop diletakkan pada dada kiri bayi setinggi apeks.
- Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer.
- Lihat dan raba bagian kepala.
- Lihat pada mata.
- Lihat bagian dalam mulut (lidah, selaput lendir)
Jika bayi menangis, masukkan satu jari yang menggunakan sarung tangan ke dalam dan raba langit-langit.
- Lihat dan raba pada bagian perut
Lihat pada tali pusat.
Lihat pada punggung dan raba tulang belakang.
- Lihat pada lubang anus, hindari untuk memasukkan alat atau jari dalam melakukan pemeriksaan anus.
- Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air besar.
- Lihat dan raba pada alat kelamin bagian luar.
Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air kecil.
- Timbang bayi.
Timbang bayi dengan menggunakan selimut, hasil timbangan dikurangi selimut.
- Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi.
Jelaskan cara dan alat.
- Menilai cara menyusui, minta ibu untuk menyusui bayinya.
2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
• Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
• Pemberian Vitamin K1, Imunisasi Hepatitis B-0 bila belum diberikan pada waktu perawatan bayi baru lahir
• Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah termasuk perawatan tali pusat dengan menggunakan Buku KIA.
• Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan neonatus adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.
5. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal , tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan. 5. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl. 6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang 7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini. 8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis, kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan 9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital 10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea, ekstraksivakum/ forseps. 11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi masa nifas, psikosis post partum (post partum blues). 12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kongenital. 13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster. 14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar. 15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu. Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 11 – 12 kg selama masa kehamilan Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain : 1. Ketuban pecah dini. 2. Perdarahan pervaginam : • Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta • Intra Partum : robekan jalan lahir • Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata, kelainan pembekuan darah, subinvolusi uteri 3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik > 140 mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.
4. Ancaman persalinan prematur.
5. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis, Sepsis.
6. Distosia: Persalinan macet, persalinan tak maju.
7. Infeksi masa nifas.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karenanya Deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil. Ibu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :
1. Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat Kejang
3. Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
4. Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
5. Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7. Merintih
8. Ada pustul Kulit
9. Nanah banyak di mata
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
14. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.
Komplikasi pada neonatus antara lain :
1. Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
2. Asfiksia
3. Infeksi Bakteri
4. Kejang
5. Ikterus
6. Diare
7. Hipotermia
8. Tetanus neonatorum
9. Masalah pemberian ASI
10. Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll.
6. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani.
Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan maka diperlukan adanya fasilititas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari bidan, puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam.
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED meliputi :
a. Pelayanan obstetri :
1. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
2. Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-eklampsi dan eklampsi)
3. Pencegahan dan penanganan infeksi.
4. Penanganan partus lama/macet.
5. Penanganan abortus.
6. Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan.
b. Pelayanan neonatus :
1. Penanganan asfiksia bayi baru lahir.
2. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
• Hipotermi
• Hipoglikemia
• Ikterus
• Masalah pemberian minum
3. Penanganan gangguan nafas.
4. Penanganan kejang.
5. Penanganan infeksi neonatus.
6. Rujukan dan transportasi bayi baru lahir.
7. Persiapan umum sebelum tindakan kegawatdaruratan neonatus
7. Pelayanan neonatus dengan komplikasi
Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.
Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi neonatal. Hari Pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim. Bayi baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian. Kematian bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian bulan pertama kehidupannya.
Faktor resiko pada neonatus akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi, deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :
1. Tidak mau minum/ menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat kejang
3. Bergerak hanya jika dirangsang / Letargis.
4. Frekwensi napas ≤ 30 x/menit dan ≥ 60 x/menit.
5. Suhu tubuh ≤ 35,5°C dan ≥ 37,5°C
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat.
7. Merintih.
8. Ada pustule kulit.
9. Nanah banyak di mata.
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat.
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI.
14. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram)
15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.
Komplikasi pada neonatus antara lain :
1. Asfiksia bayi baru lahir.
2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
• Hipotermi
• Hipoglikemia
• Ikterus
• Masalah pemberian minum
3. Gangguan napas
4. Kejang
5. Infeksi Neonatus
6. Klasifikasi dalam MTBM :
• Infeksi bakteri (termasuk klasifikasi Infeksi Bakteri Lokal dan Penyakit Sangat Berat atau Infeksi Bakteri Berat)
• Ikterus (termasuk klasifikasi Ikterus Berat dan Ikterus)
• Diare (termasuk klasifikasi Diare Dehidrasi Berat dan Diare Dehidrasi Ringan/Sedang)
• Berat badan rendah menurut umur dan atau masalah pemberian ASI.
• Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas mampu PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu PONED.
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU Kabupaten/Kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan pelayanan emergensi dasar dan pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan neonatus level II serta transfusi darah.
Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK maka kasus – kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan neonatus.
8. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan.
2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan.
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan.
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
• Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
• Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
• Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan).
• Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda – tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA.
• Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan , perawat dibantu oleh tenaga kesehatan lainnya seperti petugas gizi.
9. Pelayanan kesehatan anak balita
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih berat .
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita, Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS.
10. Pelayanan KB Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan. Bagi Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan dan/atau menghentikan kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi :
• KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus).
• Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
• Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi).
Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) mencapai 61,4% (SDKI 2007) dan angka ini merupakan pencapaian yang cukup tinggi diantara negara-negara ASEAN. Namun demikian metode yang dipakai lebih banyak menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan suntik. Menurut data SDKI 2007 akseptor KB yang menggunakan suntik sebesar 31,6%, pil 13,2 %, AKDR 4,8%, susuk 2,8%, tubektomi 3,1%, vasektomi 0,2% dan kondom 1,3%. Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakaian (DO) pada metode jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang terus menerus. Disamping itu pengelola program KB perlu memfokuskan sasaran pada kategori PUS dengan “4 terlalu” (terlalu muda, tua, sering dan banyak).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai standard dan variasi pilihan metode KB, sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis secara berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB perlu melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan KB kepada masyarakat adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.










BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
(PWS KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Tujuan
1. Umum
Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus menerus.
2. Khusus
f. Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator secara teratur (bulanan) dan terus menerus.
g. Menilai kesenjangan antara target dengan pencapaian.
h. Menentukan urutan daerah prioritas yang akan ditangani secara intensif.
i. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
j. Membangkitkan peran pamong dalam menggerakkan sasaran dan mobilisasi sumber daya.


PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.






DAFTAR PUSTAKA

Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.
Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Depkes RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Standar Profesi Kebidanan. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.
Pelayanan Obtetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Neonatal Essensial. 2008.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.
Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.

ASUHAN BAYI BARU LAHIR

ASUHAN BAYI BARU LAHIR


A.Pengertian Bayi Baru Lahir (BBL)

Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran.
Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir
1. Berat badan 2500 - 4000 gram
2. Panjang badan 48 - 52 cm
3. Lingkar dada 30 - 38 cm
4. Lingkar kepala 33 - 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit
6. Pernafasan ± - 60 40 kali/menit
7. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia;
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan
Reflek – Reflek Fisiologis
1.Mata
a.Berkedip atau reflek corneal
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
b.Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang hidup.
c.Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
2.Mulut dan tenggorokan
a.Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
b.Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap sepanjang hidup.
c.Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada usia kira – kira 3 -4 bulan
d.Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
e.Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan
f.Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir
3.Ekstrimitas
a. Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi tangan dan jari
b.Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
c.Masa tubuh
(1). Reflek moro
Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah.
(2). Startle
Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam
(3). Tonik leher
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi.
(3). Neck – righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis
(4)Inkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi.
Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah lahir yaitu untuk mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan

B.Pengkajian segera BBL
a. Penilaian awal
Nilai kondisi bayi
Sigtuna Score :
•Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel (pernafasan,
warna, tonus otot & iritabilitas reflek)
• Dilakukan pada :
•1 menit kelahiran
yaitu untuk memberi kesempatan pd bayi untuk memulai perubahan
•Menit ke-5
•Menit ke-10
Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis

C.Asuhan segera Bayi Baru Lahir
Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dg sedikit bantuan/gangguan Oleh karena itu PENTING diperhatikan dlm memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dg kulit ibu sesegera mungkin

a. Membersihkan jalan nafas
1). Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dg handuk di atas perut ibu
2). Bersihkan darah/lendir dr wajah bayi dg kain bersih & kering/ kassa
3). Periksa ulang pernafasan
4). Bayi akan segera menagis dlm waktu 30 detik pertama setelah lahir

jika tdk dpt menangis spontan dallakukan :
1). letakkkan by pd posisi terlentang di t4 yg keras & hangat
2). gulung sepotong kain & letakkan di bwh bahu shg leher bayi ekstensi
3). bersihkan hidung, rongga mulut, & tenggorokan by dg jari tangan yg dibungkus kassa steril
4). tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x/ gosok kulit by dg kain kering & kasar

Kebiasaan yang harus dihindari

LANGKAH-LANGKAH ALASAN TIDAK DIANJURKAN
Menepuk pantat bayi Trauma/cedera
Menekan dada Patah, pneumothorax, gawat nafas, kematian
Menekan kaki bayi ke bagian perutnya Merusak pembuluh darah dan kelenjar pada hati/limpa, perdarahan
Membuka sphincter anusnya Merusak /melukai sphincter ani
Menggunakan bungkusan panas/dingin Membakar/hipotermi
Meniupkan oksigen/udara dingin pada tubuh/wajah bayi hipotermi
Memberi minuman air bawang Membuang waktu, karena tindakan resusitasi yang tidak efektif pada saat kritis


Penghisapan lendir
• Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Lee)/ alat lain yg steril, sediakan juga tabung
• oksigen & selangnya
• Segera lakukan usaha menghisap mulut & hidung
• Memantau mencatat usaha nafas yg pertama
• Warna kulit, adanya cairan / mekonium dlm hidung / mulut hrs diperhatikan

b. Perawatan tali pusat
setelah plasenta lahir & kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat
Cara :
• celupkan tangan yg masih mggnakan sarung tangan ke dlm klorin 0,5% untuk membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya
• bilas tangan dengan air matang /DTT
• keringkan tangan (bersarung tangan)
• letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat
• ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dr pusat dengan menggunakan benang DTT. Lakukan simpul kunci/ jepitkan
• Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat & lakukan pengikatan kedua dg simpul kunci dibagian TP pd sisi yg berlawanan
• Lepaskan klem penjepit & letakkan di dlm larutan klorin 0,5%
• Selimuti bayi dg kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup



Gb. Pemotongan tali pusatGb. Bayi yang telah diikat tali pusatnya



Gb. Bayi terbungkus kain kering

c. Mempertahankan suhu tubuh Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas
a.Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
a.Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut
b.Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
c.Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)

Mempertahankan suhu tubuh Pencegahan Kehilangan Panas dengan cara :
Keringkan bayi secara seksama
Selimuti bayi dg selimut/kain bersih, kering & hangat
Tutup bagian kepala bayi
Anjurkan ibu untuk memeluk & menyusukan bayinya
Lakukan penimbangan stl bayi mengenakan pakaian
Tempatkan bayi di lingk yg hangat



Gb. Metode kanguru


d. Pencegahan infeksi
• Memberikan obat tetes mata/salep diberikan 1 jam pertama by lahir yaitu ; eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%. Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporin & langsung diteteskan pd mata bayi segera stl bayi lahir.
• BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam perawatannya.
• Cuci tangan sebelum & setelah kontak dg bayi
• Pakai sarung tangan bersih pd saat menangani bayi yg blm dimandikan
• Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika menggunakan bola karet penghisap, pastukan dlm keadaan bersih
• Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yg digunakan untuk bayi dlm keadaan bersih
• Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop & benda2 lainnya akan bersentuhan dg bayi dlm keadaan bersih (dekontaminasi setelah digunakan)

D.Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama kelahiran

Tujuan :
Mengetahui aktivitas bayi normal/tdk & identifikasi masalah kesehatan BBL yg memerlukan perhatian keluarga & penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan

Pemantauan 2 jam pertama meliputi :
• Kemampuan menghisap (kuat/lemah)
• Bayi tampak aktif/lunglai
• Bayi kemerahan /biru
Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan & penilaian ada tdknya masalah kesehatan terutama pada :
• Bayi kecil masa kehamilan/KB
• Gangguan pernafasan
• Hipotermia
• Infeksi
• Cacat bawaan/trauma lahir

Jika tidak ada masalah,
a. lanjutkan pengamatan pernafasan, warna & aktivitasnya
b. Pertahankan suhu tubuh bayi dg cara :
 hindari memandikan min. 6 jam/min suhu 36,5 C
 bungkus bayi dengan kain yg kering & hangat, kepala bayi harus tertutup
c. Lakukan pemeriksaan fisik
gunakan tempat yg hangat & bersih
cuci tangan sebelum & sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan & bertindak
lembut
Lihat, Dengar, & Rasakan
Rekam /catat hasil pengamatan
jika ditemukan faktor risiko/masalah segera Cari bantuan lebih lanjut

d. Pemberian vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.
ØMemberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat
Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini :
Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih.
Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan). (Dep.kes.RI, 2002)
e. Identifikasi BBL
Peralatan identifikasi BBL harus selalu tersedia
Alat yg digunakan; kebal air, tepi halus dan tidak melukai, tdk mudah sobek dan tdk mudah lepas
Harus tercantum ; nama bayi (Ny) tgl lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu
Di tiap tempat tidur harus diberi tanda dg mencantumkan nama, Tgl lahir, nomor identifikasi



Gb. Bayi dalam box bayi dengan identitas

f.Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi :
1). Pemberian nutrisi
Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh)
Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam
Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium.
Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan
2). Mempertahankan kehangatan tubuh bayi
Suhu ruangan setidaknya 18 - 21ºC
Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu
Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya botol berisi air panas)
3). Mencegah infeksi
Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk
BAK/BAB
Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera ke bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.
 Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap hari
Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan sabun setiap hari.
Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang yang memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu
4). Memandikan bayi :
(1).Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi)
(2).Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila antara 36,5º C – 37º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5º C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan persentuhan kuli ibu – bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu (1) jam.
(3).Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan
(4).Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
(5).Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
(6).Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
(7).Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik
(8).Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik
(9).Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya
g.Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
h.Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya, untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong ibu untuk segera memberikan ASI
i. Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua
Pernafasan sulit/ > 60x/menit
Suhu > 38 °C atau < 36,5 °C
Warna kulit biru/pucat
Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, sering warna hijau tua, ada lendir darah
Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk
Tidak berkemih dalam 3 hari, 24 jam
Mengigil, tangis yg tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang
j. Berikan immunisasi BCG, Polio dan Hepatis B



DAFTAR PUSTAKA


Bennett dan Brown, 1999, Myles Texbook for midwives, thirteennth edition. Churchill Livingstone, Edinburgh
JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma III kebidanan , Buku asuhan bayibaru lahir,Pusdiknakes.Jakarta
Johnson dan Taylor. 2005. Buku ajar praktik kebidanan.cetaka I. EGC.Jakarta
Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal.YBP_SP.Jakarta